Thursday, August 5, 2010

Financial Planning for Mom Part III

Gimana Mom...? Part II-nya mudah dimengerti kan ya...Sekarang mari dilanjut lagi Langkah Ketiga. :)

Langkah Ketiga: "PELAJARI SISTEM TERSEBUT & JALANKAN DENGAN BAIK"

Di Part II sudah disebutkan, ada 5 hal yang penting harus ada dalam Sistem Keuangan Orang KAYA, yaitu:
1. Pemasukan
2. Pengeluaran
3. Barang Konsumtif
4. Harta Produktif
5. Dana Cadangan

Pembahasannya dimulai dari Pengeluaran dulu aja ya, karena ini masih lanjutan dari materinya Mas Safir Senduk.

Dalam materi Pengeluaran ini, lebih banyak membahas mengenai sifat (atau sikap ya?) boros, bagaimana mengenali gejalanya, dan apa yang harus dilakukan agar tidak boros membelanjakan uang.

Mom, masih ingetkan waktu SD dulu kita sering denger peribahasa, "Rajin Pangkal Pandai, Hemat Pangkal Kaya". Beneran gak sih tuh peribahasanya? Apa betul kalo hemat bisa kaya? Hemat kayak gimana yang bisa kaya? Kalo hemat kan identik sama kikir? Orang kikir pasti kaya? *ah, jadi ngaco kan...*

Hemat itu sama dengan membayar lebih murah untuk mendapatkan barang yang kualitasnya sama atau hampir sama.

Sedangkan definisinya menurut Al Qur'an ada di Surat Al-Furqan, ayat ke 67: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”

Hemat bisa jadi Kreatif tapi bisa juga Kikir, nah yang gak boleh itu yang kikir. :)
Contoh hemat kreatif misalnya makan tetap 3 kali per hari tapi tiap kali makan memilih lauknya yang kualitas gizinya sama tapi harganya lebih murah. Kalo hemat kikir, makan 3 kali per hari jadi 1 kali per hari. Mau? Hehehe...

Tapi jangan terjebak sama definisi hemat di atas loh, Mom, hanya karena demi mendapatkan harga lebih murah dengan kualitas yang sama, tiap kali ada sale atau diskon, bawaannya belanjaaaaa terus...ini bisa terjebak jadi boros dong, karena frekuensinya kan jadi sering dan banyak. Hati-hati ya... :D

Hati-hati karena boros juga bercabang dua, bisa berarti membayar lebih mahal dari pada harga yang seharusnya atau melakukan belanja dengan frekuensi lebih banyak. *tuh kan...*

Menurut Mas Safir Senduk, ada 3 kelompok pengeluaran, yaitu:
1. Wajib; yaitu pengeluaran yang jika dihentikan pembayarannya, akan ada konsekuansi finansialnya, misal: bunga atau denda.
2. Butuh; yaitu pengeluaran yang jika dihentikan pembayarannya, akan ada fungsi yang berhenti juga, misal: uang bensin, pulsa, makan, dll.
3. Ingin; yaitu pengeluaran yang jika dihentikan pembayarannya, tidak ada konsekuensi finansial ataupun fungsi yang berhenti, misalnya: ganti handphone baru *ini kalau gak diturutin sebenernya gak ada denda atau fungsi yang berhentikan kan? jadi buat apa ganti hp baru kalo yang lama masih bisa dipake? buat gaya...hehehe...bisa mati gaya kalo gak ganti jadi BB - alasan* :D

Kata Mas Safir juga...wajib dan butuh itu ada batasnya, sedangkan ingin itu tidak berbatas karena ingin berhubungan dengan nafsu? :)

*Tapi Rule ke-2 hypnolangsing "Makan yang Anda Inginkan" loh...hehehe...mari nanti saja aku bahas bedanya/ persamaannya di postingan berikut...menarik nih!* :D

Tips: Bayar pengeluaran rutin dari pemasukan rutin, dan ambil pengeluaran tidak rutin dari simpanan.

Di Part I, sudah dibahaskan ya...perbedaan boros laki-laki dan perempuan? *apa coba? sebutkan!*

Perhatikan nih, Mom! Ada 5 hobi laki-laki yang harus diwaspadai menjadi pemicu boros, yaitu: Elektronik, Otomotif, Sound System, Olah Raga, dan Memelihara 'Sesuatu' *apa itu 'sesuatu'?"

Suami Mom memiliki salah satu diantara kelima hobi di atas? Selamat ya...hehehe...atau ada yang mau menambahkan lagi? Ini saatnya Financial Manager ambil tindakan tegas! :D

Tapi Mom, sebelum ambil tindakan tegas sama suami, kayaknya harus kita dulu yang berubah ya...

Kalau masih senang pas ada harga murah...dan jadi sering belanja karena harga murah. Itu tandanya kita sendiri masih boros.:D

Bahaya deh kalau sampai terperangkap boros...nih tanda-tandanya:
- Uang di dompet jadi cepet sekali habis
- Ketika dapat penghasilan, mendahulukan yang ingin
- Tidak punya tabungan dan investasi
- Kata liburan selalu identik dengan 'belanja'
- Kita merasa kekayaan kita diukur dengan merk barang yang kita pakai *sampe dibela-belain pake barang KW* :D

Tanda-tandanya sudah mulai kelihatan belum, Mom? Sebelum terlanjur (basah). Mari kita tindak diri sendiri mulai sekarang, jangan sampai terjebak dan terperangkap boros! Ganbate..!!

"Caranya gimana biar gak terperangkap boros?"

Ini dia ada tips- tipsnya biar jadi 'Smart Shopper',

1. Jangan mudah terpengaruh iming-iming penjualan
2. Untuk barang-barang kebutuhan yang dibeli berulang-ulang (seperti kebutuhan mandi, dll), tidak ada salahnya dibeli di tempat yang lebih murah (membandingkan harga satu toko ke toko lain).
3. Kalau mau beli barang 'branded' tapi gak sanggup, gak usah beli palsunya, sekalian aja beli barang yang gak 'branded'. *Citra diri bisa jatuh karena barang 'branded palsu' loh, Mom....hehehe...*

Selesai tentang Pengeluaran. Sekarang aku ulang bahas yang Pemasukan yaaa... :)

Materi Pemasukan dibawakan kembali oleh Mas Ahmad Gozali. Profilnya ada di Part I ya...silahkan dibaca kembali. :)

"Perempuan bukan hanya bisa menghabiskan, tapi juga pandai menghasilkan."

Tuh, Mom...kita juga bisa kok dapet penghasilan sendiri. Ada 8 cara loh, Mom...kita bahas yuk satu per satu...

1. Menjadi Karyawan

Menjadi karyawan tidak perlu modal uang alias modal uang nol. Kemudian waktunya juga terjadwal biasanya jam 08.00 - 17.00. Begitu jadi karyawan, bisa langsung menghasilkan dari gaji yang tetap dan rutin tiap bulan. Mejadi pilihan profesi paling banyak juga karena tidak beresiko tinggi. Tapi menjadi karyawan itu terbatas usia alias ada masa pensiunnya, kita gak bisa selamanya jadi karyawan. :)

Ada tapinya lagi nih, Mom...belum tentu ibu yang berpenghasilan dengan bekerja di luar akan lebih baik bagi keluarganya, secara finansial. Karena perlu dihitung juga...

Biaya langsung seperti transport, makanan, pakaian, itu jumlahnya berapa?

Trus ada lagi Biaya Tidak Langsung seperti sekolah anak *dipilih yang full day karena biar anak gak kesepian di rumah hiks..!*, ditambah les, rekreasi & mainan *karena senin - jum'at gak sama anak, akhirnya sabtu/minggu biaya rekreasi bisa lebih besar atau dibeliin mainan yang banyak & mahal..huaaa... :'(*, belum lagi susu formula, baby sitter & biaya kesehatan... *ada yang mau ditambah?* Jadi berapa total tuh, Mom...? Besaran mana sama gajinya? :((

Kalo gitu apa kita beralih aja? Gak usah jadi pegawai lagi? Tunggu dulu, Mom...masih ada 7 cara lagi nih, kita liat dulu...cara lain seperti apa... :)

2. Jual Keahlian

Mom bisa menjahit? Memasak? Melukis? Menari? Jual aja! :D
Kalo ini modalnya tergantung peralatan dan harus ada keahlian khusus. Enaknya waktu bisa fleksibel dan bisa dikerjakan di rumah. Bisa langsung menghasilkan tapi hasilnya tergantung keahlian dan order. Kalo hasil mau besar, musti rajin cari orderan ya, Mom. :)

Ibarat grafik, kalo Menjadi Karyawan itu seperti grafik Sinus - Cosinus (ada titik maksimum dan minimumnya), sedangkan Jual Keahlian itu seperti grafik Tangen (titiknya tidak terhingga -bisa untung sekali atau rugi sekali-, dan antar grafiknya tidak tersambung)

*Biar lebih terang gambar grafiknya, inget-inget lagi pelajaran SMA ya, Mom...atau googling aja..* :D

3. Bisnis Jaringan / MLM

Modal bisnis MLM kecil kok...siapa bilang? :)
Modal di bisnis MLM itu besar tapi karena dicicil jadi keliatan kecil...pendaftaran mungkin cuma Rp 100.000 tapi kan ada biaya lain-lain yang musti dikeluarin, seperti pertemuan tiap bulan, kaset yang harus dibeli, buku-buku, dll

Kerjanya cuma dari rumah....hhhmm...gak juga sih, waktunya banyak terpakai juga untuk pertemuan-pertemuan dan ketemu prospek tapi memang lebih fleksibel. Hasilnya tidak langsung kelihatan, ya memang...kan masih peringkat awal... :D Tapi kalau udah peringkatnya tinggi, penghasilan bisa tidak terbatas loh...dan ada loh proposal MLM yang menjanjikan pasive income sama distributornya. Nah, untuk sampai peringkat tinggi memang ada resikonya, salah satunya perasaan jenuh dan menyerah sebelum level aman (pasive income)

Aku MLM-er loh...jadi tau sedikit banyak tentang MLM hehehe...pernah waktu aktif-aktifnya ikut nungguin meeting leader sampe jam 3 pagi, padahal waktu itu lagi hamil besar anak ke-2 :D. And that's why I gave her name LEADERIA -Lea- :) *sekarang sedikit mengerem karena lagi fokus ke yang lain (gak mau bilang jenuh ah..!)...hehehe...tapi lumayan loh bonus masih ada tiap bulan. Itulah keuntungannya kalau gabung sama MLM bagus. Mau tau MLM-nya? Gak usah aja ya... :p*

4. Investasi pada Usaha

Kalo yang ini butuh modal yang besar dan kalo partneran modalnya bisa modal patungan / gabungan. Namanya juga usaha, pasti waktunya banyak tersita untuk monitor dan evaluasi. Hasilnya juga lambat tergantung perputaran. Dan hasil relatif besar tapi karena modalnya patungan maka hasilnya juga harus dibagi-bagi kan. Ada resiko gagal usaha dan tidak amanah (hasil tidak sesuai investasi mungkin?).

5. Usaha Sendiri

Kalo mau usaha sendiri boleh juga nih, tapi modalnya besar loh...trus karena usaha sendiri maka waktunya juga sendiri alias full time. Hasilnya baru kelihatan setelah BEP (Break Even Point) dan relatif besar.

Rumus BEP itu seperti ini:
BEP = Total Fixed Cost / (Harga per unit - Variabel Cost per unit)

Contoh :
Misalnya Mom punya usaha konveksi kerudung yang harga satuannya Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kerudung, dan biaya tetap sebesar Rp. 10.000.000

BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)
BEP = 20.000

Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kerudung untuk mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan alias profit nol. (Sumber: Organisasi.org -Komunitas & Perpustakaan Online Indonesia-)

6. Waralaba

Waralaba bisa jadi model usaha favorite karena modalnya cuma usaha dan beli merk dagang aja. Kalo dilihat dari waktunya, full time juga tapi dibimbing. Bisa jadi bukan favorite juga karena hasilnya lama dan tergantung perputaran (musti pinter-pinter pilih waralaba). Hasilnya relatif besar tapi harus dikurangi franchise fee dan resiko gagal usahanya lebih sedikit karena dikurangi resiko coba- coba.

Contoh waralaba: Alfamaret, Indomaret, McD, dll

7. Properti & Emas

Usaha di bidang properti butuh modal besar, dan harus punya waktu untuk monitoring dan pemeliharaan. Hasilnya bisa lama kalau properti itu mau dijual tapi bisa juga jadi penghasilan rutin kalau disewakan. Besar hasil jual atau sewanya biasanya tergantung lokasi. Resiko ada pada depresiasi (penurunan) nilai bangunan.

Kemarin dikasih bocoran nih, Mom, jenis properti mana aja yang bisa menghasilkan harga sewa paling besar.
Pertama harga sewa paling besar dihasilkan ruko, trus kedua rumah kos/ petak, diikutin sama harga sewa apartment, kios, rumah tinggal dan tanah kosong. Tanah kosong punya resiko dari sisi legalitas, seperti pemalsuan surat, dsb.

Jadi mau pilih jenis properti yang mana, Mom? :D

8. Produk Keuangan

Ini sumber penghasilan yang terakhir, produk keuangan seperti tabungan, deposito, reksadana, dll. Modal relatif besar dan butuh pengetahuan serta waktu untuk monitor dan evaluasi. Hasilnya bisa rutin harian atau bulanan.

Untuk produk keuangan yang berjangka panjang, hasil relatif besar tapi resiko juga besar. Dan kebalikannya, untuk produk keuangan yang berjangka pendek, hasil relatif kecil dan resiko juga kecil. Jangan takut dengan resiko, karena resiko dilindungi peraturan. :)

Trus gimana cara milih produk keuangan yang cocok buat kita?

Cocok itu yang sesuai selera aja, katanya, tapi kita harus tahu profil resikonya dan portofolionya. Yang paling penting sih, pilih produk keuangan yang cocok dengan tujuan kita. Tanya dulu, tujuan investasi kita buat apa?

Jadi produknya apa aja sih? Nah ini dia...

- Bursa Saham/ Bursa Berjangka, ini jangka waktunya panjang, bisa lebih dari 10 tahun
- Unit Link/ Reksadana Saham, ini juga jangka waktunya menengah panjang dan panjang
- Unit Link/ Reksadana Campuran
- Unit Link/ Reksadana Pendapatan Tetap
- Unit Link/ Pasar Uang, setingkat dengan ORI atau Sukuk
- Emas, jangka waktu emas bisa 1 - 5 tahun
- Deposito atau Asuransi Tabungan, jangka waktunya biasanya hanya 1 tahun
- Tabungan atau Tabungan Berjangka, ini juga jangka waktu pendek

Kalau mau dilihat dari jangka waktu produk, dibagi menjadi:
Kurang dari 1 tahun disebut pendek , 1-3 tahun disebut Menengah pendek, 3-5 tahun disebut Menengah, 5-10 tahun disebut Menengah Panjang, dan lebih dari 10 tahun disebut Panjang.

Panduan investasi reksadana online bisa dilihat di sini nih, Mom http://infovesta.com/

Reksadana bisa dibeli di Bank sebagai agen penjualan, atau ke Manager Investasi. Tanya-tanya aja ke Customer Care-nya Bank, pasti dijelasin deh.

Mudah kok, Mom, strateginya kalau investasi reksadananya berkembang, cuma beli secara rutin, dan jual aja ketika perlu :D

Trus, kalau kita sudah mau investasi nih, gimana bagi-baginya?

Kalau berdasarkan usia, bisa dilihat seperti ini...
Usia 20 tahunan, prioritaskan untuk investasi jangka panjang dan pendek. Beranjak usia 30 tahunan, pembagiannya sama antara jangka panjang, menengah dan pendek, misal 30%, dan prioritaskan untuk investasi jangka panjang dan menengah. Ketika usia 40 tahunan, agar lebih aman, prioritaskan ke jangka menengah. Dan pada saat usia 50 tahunan, prioritas pada jangka menengah dan pendek, dan investasi jangka panjang dialihkan ke jangka pendek.

Karena waktu sudah lewat, di akhir sesi dibahas sedikit tentang mengajarkan uang pada anak. *tapi aku gak bisa jelasin ya...waktu untuk ngetik juga tinggal sedikit nih hehehe...*

Tahapan pembelajaran Uang pada anak:

1. Menghargai Hak Milik
2. Memberi & Berbagi
3. Mandiri Secara Keuangan
4. Melihat & Memanfaatkan Peluang

Ada lagi tahap pemberian uang saku pada anak, bisa dibagi berdasarkan usia, misal dari TK, SD awal, SD Akhir, SMP, SMA dan Kuliah. Di tiap tingkatan usia itu mau seperti apa pemberiannya, apakah Harian, Mingguan, atau Bulanan.

Yang di bawah ini gak sempet dijelaskan nih, tapi pasti Mom semua tahu maksudnya...

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan kita sebagai orang tua kepada anak ketika berkaitan dengan uang:
1. Menjadikan uang sebagai "senjata" kepatuhan anak
2. Bertransaksi tidak tunai di depan anak tanpa penjelasan, seperti pada saat arisan, menggesek kartu kredit/ debit, pada saat menggunakan ATM atau ketika berhutang.

Nah, Mom...akhirnya selesai semua materi 'Seminar Financial Planning for Mom' tanggal 1 Agustus kemarin. Semoga bisa memberikan pengetahuan baru dan manfaat ya...

Untuk lebih jelas dan lebih dekat dengan pembicaranya, ikuti aja jadwal seminar selanjutnya ya...

*THE END* :)

0 comments:

Post a Comment